Profile

Saturday 26 March 2016

Indonesia Terlalu Banyak mencetak Sarjana Sosial

               AKAL SEHAT DI TEGAKKAN.!!
                 Dahlan Iskan merasa berkepentingan terhadap berkembang pesatnya Institut Teknologi Kalimantan (ITK).  Karena sebuah keprihatinan: komposisi keilmuan teknologi dan ilmu sosial tidak seimbang. Mencetak banyak teknokrat  akan mengubah komposisi masyarakat berakal sehat.


KATA kuncinya hanya satu: membangun akal sehat. Itu jawaban Dahlan Iskan ketika mendapat pertanyaan tentang inovasi. Karena dengan akal sehat itulah akan melahirkan ide-ide. Namun yang membuat prihatin, seringkali akal sehat dibunuh oleh beragam alasan. Dibunuh oleh keangkuhan, ketakutan terhadap atasan, atau melanggar hal-hal umum.
Contoh-contoh akal sehat belum bisa ditegakkan di negeri ini sangatlah banyak. Misal, Indonesia yang memiliki sumber gas melimpah, namun seluruh kendaraan masih menggunakan bahan bakar minyak (BBM). Meskipun tak lagi berdaulat di bidang energi  fosil dan harus mengimpor, orang masa bodoh dengan persoalan ini. Terkalahkan oleh tekanan-tekanan dari pihak-pihak yang mendapat keuntungan dari sektor BBM.
Saat menjabat Direktur Utama PT PLN, Dahlan Iskan mencoba melawan semua itu. Ia melihat begitu banyak akal sehat yang perlu ditegakkan. Mengawalinya dari Provinsi Jambi. Mencarikan jalan keluar agar sumber gas kecil yang terbuang percuma bisa menghasilkan tenaga listrik 5 megawatt.  Solusi itu selalu ada. Lalu muncullah inovasi mengompres gas. Karena kapasitas energi yang dihasilkan terlalu kecil, penggunaan setrum bertenaga gas itu hanya untuk lima jam saat beban puncak.
“Ketika waktu beban puncak sudah diketahui, pertanyaannya mengapa tidak membuat listrik pada jam-jam itu,” kata Dahlan Iskan.
Teknologi mengompres gas memang belum dimiliki Indonesia. Namun Dahlan meyakini para teknokrat di negeri ini bisa membuatnya dan memiliki keberanian. Jika hingga saat ini belum bisa dilaksanakan, itu karena alasan-alasan khusus. “Nanti disalahkan, kalau dipidanakan akan jadi persoalan,” ujarnya.
Terobosan lain juga telah dilakukan Dahlan Iskan dalam mengatasi krisis listrik di pulau Bawean. Di pulau yang banyak dihuni para janda dan janda sementara karena lelakinya banyak bekerja di Singapura itu, tak ada industry. Gas juga tak ada. Satu-satunya jalan keluar adalah mengompres gas dan membawanya ke Bawean. Permasalahan menghadang. Belum ada peraturan terkait pengangkutan gas. Dahlan mengambil risiko. “Saya katakan, langgar! Yang penting orang-orang teknologi mampu membuat tabung yang kuat,” ujarnya.
Menurut Dahlan, melahirkan inovasi dibutuhkan keberanian dan menegakkan akal sehat. Menteri BUMN di era Presiden SBY itu menginginkan agar komposisi intelektual di Indonesia berubah. Ini penting demi penegakkan akal sehat. Karena jumlah intelektual pada keilmuan sosial terlalu tinggi dibandingkan ilmu teknik.
“Logika orang teknologi lebih baik. Saya berkepentingan atas berkembang pesatnya ITK karena akan mengubah komposisi masyarakat berakal sehat,” kata Dahlan.
Saat menjabat Dirut PLN, kebijakan perbaikan SDM dilakukan oleh Dahlan Iskan. Ia meminta perekrutan SDM baru dibatasi dari lulusan 10 perguruan tinggi terbaik. Pelamarnya juga yang terbaik ber-IPk 10 besar. Tidak boleh ada tes kualifikasi kepintaran. “Tidak masuk akal jika lulusan dari perguruan terbaik dan IPk terbaik masih harus dites kepintaran,” ucapnya.
Seleksi SDM baru hanya menggunakan tiga parameter: kesehatan, integritas, dan antusiasme. Sayangnya, dari jumlah pelamar yang sangat banyak itu, banyak peserta yang tidak lulus tes kesehatan.
Prihatin atas fakta tersebut, Dahlan meminta dilakukan penelitian atas ketidaklulusan yang begitu banyak pada tes kesehatan. Dahlan menganggap fakta tersebut sebagai hilangnya orang-orang hebat. Penelitian selama enam bulan membuat kesimpulan: mereka yang tidak lulus kesehatan karena terlalu banyak mengonsumsi mi instan dan minuman berenergi. “Ini penelitian yang serius. Jangan sampai gagal karena mi instan. Boleh makan, tapi harus tahu diri,” kata Dahlan.
Dahlan sempat berbincang dengan Rektor ITK Sulistijono sebelum menjadi pembicara pada seminar. Tingkat keketatan untuk menjadi mahasiswa ITK dengan perbandingan 1:8 merupakan prestasi luar biasa. Menurut Dahlan, ITK telah mendapat kepercayaan yang tinggi dari masyarakat. Dahlan menyediakan diri untuk berdiskusi bersama ITK. Mendiskusikan agar sistem penemuan teknologi bisa menjadi kenyataan. Ia memiliki banyak pelajaran selama menjabat Dirut PLN dan Menteri BUMN. Juga pelajaran mengapa hasil penemuan anak negeri tidak teraplikasikan.
Menurut Dahlan, menyalahkan pemerintah saja tidak bisa, karena orang pemerintah terikat sistem birokrasi. Jawaban atas persoalan tersebut adalah mengubah sistem pengadaan. Sebab, sistem pengadaan yang ada saat ini tidak akan memberi pejabat keberanian untuk membeli temuan perguruan tinggi yang dianggap layak. “ITK harus memperjuangkannya menjadi usulan,” harap Dahlan.
Hasil penemuan teknokrat Instititut Teknologi Surabaya (ITS) tentang sistem pengolahan nikel yang cocok di Indonesia adalah contohnya. Dahlan menjamin hasil penemuan tersebut tidak akan ada yang membeli, karena sistem pengadaan tidak memungkinkan. Syarat pengadaan membatasi sebuah produk harus bisa dibuktikan selama tiga tahun; pernah dipakai di negara tropis selama tiga tahun, dst. “Jika tender bunyinya seperti itu, tidak mungkin ada penemuan yang bisa diwujudkan. Tak ada yang berani mengambil risiko,” kata Dahlan.
Agar penemuan-penemuan anak bangsa bisa diterima, ahli teknologi, pengadaan, dan administrasi harus mendiskusikannya. “Saya siap berdiskusi. Dan hasilnya harus dikampanyekan besar-besaran,” ujar Dahlan.
Sebagai saudara kandung ITS, ITK yang baru berusia delapan bulan di Balikpapan juga berharap bisa tumbuh besar seperti ITB dan ITS.
“Untuk segera tumbuh besar butuh asupan. ITK mendapat asupan yang cukup,” kata Sulistijono.
Indikator bahwa ITK akan bisa tumbuh besar diperlihatkan dari animo yang besar untuk masuk ITK. Keketatan ITK menjadi yang tertinggi di seluruh Kalimantan. Untuk menjadi mahasiswa ITK, peserta seleksi harus mengalahkan delapan rivalnya.
Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN) 2016 baru saja berakhir pada Sabtu, 12 Maret 2016 lalu. Di luar dugaan, jumlah pendaftar Institut Teknologi Kalimantan (ITK) melebihi ekspektasi pimpinan ITK. Menurut informasi yang diterima dari Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi, rasio jumlah mahasiswa baru yang diterima ITK dibanding jumlah pendaftar melalui jalur SNMPTN mencapai 1 : 10.
“Rasio ini menyamai rasio pendaftaran Institut Teknologi Sepuluh November (ITS) Surabaya!” kata Rektor ITK, Prof. Sulistijono di Kampus ITK Karang Joang, Senin, 14 Maret 2016.
Sulistijono mengaku cukup terkejut sekaligus bangga dengan meningkatnya peminat ITK tahun ini. Dibandingkan tahun sebelumnya, rasio pendaftar ITK melalui jalur SNMPTN terus mengalami peningkatan. Rasio pendaftar ITK melalui Jalur SNMPTN, SBMPTN, dan Ujian Masuk Mandiri pada tahun 2015 sebesar 1 : 7. Rasio tersebut, tahun lalu, merupakan yang tertinggi di Kalimantan.
“Ini menunjukkan bahwa perguruan tinggi negeri di daerah, mampu bersaing dengan perguruan tinggi favorit di Pulau Jawa,” kata profesor Material dan Metalurgi lulusan Université de Technologie de Compiègne, Perancis ini.
- See more at: http://itk.ac.id/rasio-pendaftar-snmptn-2016-itk-samai-its/#sthash.JmTM6RN9.dpuf
Ia berharap keberadaan ITK bisa dirasakan oleh masyarakat kota Balikpapan dan masyarakat Kalimantan Timur. Ia tidak menginginkan ITK ada atau tidak ada, tidak ada perbedaan. “Kata kuncinya, ITK harus berperan dan membuat perubahan. Perubahan menjadi lebih baik melalui inovasi,” kata Sulistijono.
AJID KURNIAWAN | BALIKPAPANhttp://weekly.prokal.co/read/news/201-agar-akal-sehat-ditegakkan.html
EDIT BY: FADLI

No comments:

Post a Comment